Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bintan, Sri Heni Utami saat menjelaskan kehadirannya dilokasi PT. Ciomas Adisatwa (Japfa), Jum’at 05 Juli 2024 (Foto Patar Sianipar)
Bintan, Kepri – Warga Kampung Tanjung Kapur, Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, resah dengan munculnya banyak lalat, yang diduga berasal dari peternakan ayam, PT. Ciomas Adisatwa (Japfa) yang berada dilokasi tempat tinggal mereka.
Menyikapi keresahan masyarakat kampung Tanjung Kapur ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) KabupatenBintan Sri Heni Utami didampingi Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada DKPP Kabupaten Bintan, drh Iwan Berri Prima, ditemui di lokasi, turun mengecek ke PT. Ciomas Adisatwa (Japfa), Jumat (05/07/2024) sekira pujul 10.00 WIB
Sri Heni Utami mengatakan bahwa kehadiran mereka ke lokasi ini, setelah mendapat informasi adanya keluhan dari masyarakat soal kemunculan banyak lalat dan agas yang diduga dampak dari peternakan ayam Japfa.
“Pengecekan di lapangan, dia mengaku memang banyak lalat dan agas, karena perusahaan tersebut bergerak di bidang ternak ayam,” ujarnya
Untuk itu, Sri Heni meminta perusahaan dapat mengurangi populasi lalat tersebut.
Terkait keluhan warga sekitar, Sri Heni mengatakan, bahwa sebelumnya pihak perusahaan telah memberikan kompensasi ke warga yang terdampak.
“Bentuk kompensasi yang diberikan berupa pupuk, dan untuk kedepannya, setelah diskusi kemungkinan akan diberikan beras ke warga yang terdampak,” ujarnya.
Faisal, Kepala Unit Produksi PT. Ciomas Adisatwa (Japfa), saat mwmberi tanggapan atas keresahan masyafakat Kampung Tanjung Kapur terkait banyaknya lalat, Jum’at 05 Juli 2024 (Foto Patar Sianipar)
Faisal, Kepala Unit Produksi PT. Ciomas Adisatwa (Japfa), mengatakan, sebenarnya masalah lalat selalu ada.
“Memang tetap ada, tidak bisa dibilang tidak ada karena kita beternak ayam, dan dipastikan menghasilkan kotoran ayam,” jelasnya.
Kami selalu berupaya mengurangi populasi lalat ini, dengan melakukan fumigasi, disinfektan termasuk melakukan fooging.
“Fooging selain dilakukan di area kita, juga di luar are, namun tidak semua warga mau dilaksanakan fooging,” paparnya.
Lebih lanjut Faisal mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan perpendekan siklus panen, dari 30 hari menjadi 14 hari, dengan harapan populasi lalat dan agas bisa dikurangi.
Terkait keluhan dari warga, dia mengatakan, pihaknya selalu terbuka dan menerima segala keluhan masyarakat.
Dikatakannya, sebenarnya pihaknya telah memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami warga berupa pupuk yang dikelola warga dan CSR, dan ini sudah berjalan dan rutin kita lakukan setiap periode,” pungkasnya.
Patar Sianipar